Lazismu Salurkan Bantuan untuk Prima, Begini Kata Ibunya

Bantuan untuk Mas Prima, pejuang Epidermolysis Bullosa (EB), yang terkumpul dari para donatur melalui Lazismu Lumajang, telah disalurkan. Rabu (10/7/2024)

Hingga saat ini, bantuan yang terkumpul mencapai kurang lebih 7 juta rupiah dan akan disalurkan secara bertahap oleh Lazismu.

Bantuan ini diserahkan langsung oleh Lutfi Aqil, yang merupakan Badan Pengurus Lazismu bagian Pengawas Syariah, di rumah Mas Prima yang terletak di Jl. Bengawan Solo, Gang 1, Kelurahan Jogoyudan, Kabupaten Lumajang.

“Bantuan ini dihimpun oleh Lazismu dari para Donatur, dan semoga keluarga Mas Prima ridho dengan bantuan-bantuan yang telah diamanahkan kepada kami,” katanya

Penggalangan dana ini telah diizinkan oleh keluarga, sehingga tim bagian program Lazismu langsung bergerak cepat untuk membuat poster bantuan khusus untuk Prima Dian Ariyono.

“Kami menyebar melalui WhatsApp dan media sosial, dan pada hari itu juga (27/6/2024), antusiasme donatur langsung membludak untuk donasi.” Kata Rizal, Tim Program Lazismu Lumajang.

Selain itu, Said Romdhon, Manajer Lazismu yang turut serta dalam penyaluran bantuan, berharap bahwa bantuan ini dapat diterima dengan baik dan bisa bermanfaat.

“Ini semua titipan dari para donatur, saya berharap bantuan ini bisa memberikan manfaat untuk kebutuhan sehari-hari Mas Prima,” ujarnya.

Cerita Lidwina, Ibu Prima

Prima terlahir dengan kondisi medis langka, yaitu kelainan genetik Epidermolysis Bullosa (EB) tipe EB Distrofik Resesif.

Prima lahir dengan kondisi kaki dan tangan kanan terluka.

Di dagunya terdapat benjolan kecil yang dalam hitungan hari menyebar ke seluruh tubuh.

Lepuhan tersebut harus disingkirkan agar tidak semakin melebar, namun terkadang lepuhan itu terlupakan sehingga menyebabkan.

Yang sering dikeluhkan Prima sejak kecil adalah kukunya yang sudah habis dan selalu bertanya-tanya kapan kukunya tumbuh lagi.

Dia juga sering bertanya kapan sakitnya akan sembuh.

Ibunya selalu memberikan penjelasan yang dapat diterima oleh Prima, sehingga hal tersebut bisa menjadi jawaban ketika orang-orang bertanya tentang kondisinya.

Ibunya terus mendidik Prima agar tidak malu dengan kondisinya.

“Prima dipilih karena Prima kuat. Prima anak kuat yang lahir dari ibu yang tangguh. Prima kuat dengan luka di tubuh yang entah sampai kapan akan berakhir, atau mungkin akan menjadi teman sepanjang hidupnya,” ungkap Lidwina, ibu Prima

Agar selalu ceria, ibunya selalu menjawab pertanyaan Prima agar tidak mengeluh mengapa luka itu tidak keluar dari tubuhnya. Tangisannya karena nyeri dan darah yang keluar saat balutan luka akan diganti.

“Dari kecil, Prima hanya memakai peralatan dressing ala kadarnya, menggunakan minyak VCO dicampur bawang merah dan kunyit, dioleskan pada lukanya dan ditutup.” tambah Lidwina

Saat usia 17 tahun, ia disarankan memakai perban dan kasa untuk membalut luka, serta menggunakan NaCl untuk membersihkan luka.

“Pada usia 19 tahun, Prima mengalami sakit dengan indikasi pembesaran skrotum dan disarankan untuk operasi serta transfusi darah karena Hb-nya turun. Dua bulan setelah operasi, Prima mengalami penurunan kekuatan tubuh yang menyebabkan kaki menjadi lemah dan tidak bisa berjalan,” katanya

EB tidak hanya mempengaruhi kulit, tetapi juga mempengaruhi mata, mulut, tenggorokan, organ tubuh, dan psikisnya.

Selama 8 bulan lalu, Prima mengalami depresi karena merasa dianggap sebagai beban oleh sebagian pihak.

“Saat usianya semakin bertambah dan dewasa, Prima merasa dirinya menjadi beban keluarga, terlebih ayahnya sudah tidak bekerja,” jelas Lidwina.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Lidwina, ibu Prima, mengambil inisiatif dengan membuka usaha laundry rumahan dan menjual cilok bersama adiknya.

“Bapak sudah dihentikan dari pabrik saat Covid, akhirnya saya berinisiatif untuk membuka usaha laundry dan menjual cilok bersama adik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tambahnya.

Saat ini, Prima berusia 24 tahun dan sedang berjuang melawan EB. Saat Hb-nya turun, ia disarankan untuk transfusi darah.

“Saat ini, Prima hanya berbaring di tempat tidur. Terkadang ia ingin duduk sebentar, namun tidak bisa terlalu lama karena tidak kuat. Makannya pun dibuat bubur MPASI agar tidak kekurangan gizi. Gizi tidak hanya untuk perkembangan tubuh, tetapi juga untuk penyembuhan,” ungkapnya.

“Saat ini, saya mengucapkan terima kasih kepada para donatur yang telah memberikan bantuan kepada anak saya. Semoga dilancarkan dan dipermudah segala urusannya,” tutup Lidwina.

Bantu Prima dalam perjuangannya melawan EB!

Setiap sumbanganmu akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Prima dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Ayo berdonasi sekarang!

BNI: 4774774677, Bank Jatim: 1061003009, BRI: 004401002416308, BSI: 7117170017.

Konfirmasi Transfer: +62 852-3779-3434.

Dengan bantuanmu, kita bisa memberikan dukungan nyata bagi Prima!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top